Didiklah Seorang Anak Menurut Jalan Yang Patut
Satu ilustrasi,
Pernahkah kita mendengar seseorang, baik itu
ibu-ibu maupun bapak berkata atau
bercerita kepada kita, sebuah pengeluhan terhadap kehidupan anak mereka?
mengapa ya anak saya berubah, sekarang kelihatannya dia sudah tidak lagi
mendengarkan apa yang saya perintahkan, kelihatannya lagi perkataan dan nasihat
saya sudah tidak di dengarkan. Mengapa anak saya berubah demikian? apa yang
mempengaruhinya? Padahal saya sudah mendidik anak saya dari kecil dengn baik,
dengan tegas, dengan penuh kasih sayang dsb.
Jika kita mendengar suatu pengeluhan seperti
ini, maka apa yang ada di dalam pemikiran kita?
Pasti kita akan berpikiran kurang lebih ber-empati
dengan keadaan ibu tersebut, dan menjadi bertanya juga di dalam otak kita, iya
yah, mengapa seorang anak bisa berubah, apakah pendidikan yang diberikan tidak
lagi di ingat?
Amsal 22: 6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut
baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan
itu.
Di dalam berbicara mengenai anak pasti kita
akan berbicara mengenai nature dan nurture. Natur dan nurture adalah dua sisi
mata uang yang tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhan seorang anak.
Nature berbicara mengenai sifat alamiah, atau
sifat bawaan anak dari lahir, sementara nurture ialah sifat yang dibentuk dari
pengaruh lingkungan di mana anak itu tinggal dan bergaul. Sehingga dari kaca
mata psikologi, kedua hal ini sangat berhubungan dan berimbang di dalam
kehidupan anak.
Mari kali ini saya mengajak kita untuk
melihat dari perspektif sebagai pelayan Anak yang mempunyai tugas melayani
sekaligus mendidik anak.
Apa yang hendak di katakan penulis amsal ini
mengenai pendidikan kepada anak?
Didiklah.. pendidikan yang bagaimana? Amsal
selalu banyak berbicara mengenai didikan, akan tetapi pendidikan yang bagaimana
sesungguhnya yang di anjurkan? Kitab amsal selalu berbicara mengenai takut akan
Tuhan. ini merupakan titik dimana didikan di dalam kitab amsal di bicarakan.
Amsal 1:7 berkata “ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan tetapi orang
bodoh menghina hikmatt dan didikan”
Didikan kepada anak harus di mulai dari
bagaimana seorang pendidik membawa Dia untuk mengenal Tuhan. sebab amsal
mengatakan bahwa takut akan Tuhan atau mengenal Tuhan adalah awal dari
pengetahuan, atau permulaan pengetahuan. Membawa anak untuk mengenal Tuhan
adalah yang terutama dari sebuah pendidikan.
Di
dalam pelayanan anak kita termasuk Sebagai pendidik, maka kita berhadapan
dengan subjek didik kita yaitu
seorang anak. Seorang manusia. perlu di ingat bahwa kata yang dipakai di dalam
terjemahan indonesia untuk didiklah di
dalam bahasa inggrisnya adalah “train up” and dedicate atau melatih. Yang terutama di dalam sebuah pendidikan terhadap anak ialah bagaimana kita
melatihnya. Kata melatih mengandung makna bahwa apa yang kita berikan itu
haruslah kita juga melakukannya.
Ketika
kita mengajrkan anak untuk mengasihi Tuhan, maka kita pun harus melakukannya
Tanggung jawab seorang pelayan adalah melayani
umat Allah dengan sepenuh hati, anak-anak pun termasuk dalam jajaran umat
Allah. Mereka membutuhkan sebuah pembimbingan dalam didikan, oleh karena itu
salah satu tanggung jawab di dalam pelayanan anak, sekali lagi adalah didikan
yang membawa anak untuk takut akan Tuhan terlebih dahulu.
Dedicate ur child to God first.
2. Sekarang pertanyaannya adalah
Jalan yang patut baginya? Jalan yang
bagaimana?
Amsal banyak berbicara mengenai jalan orang
fasik dan jalan orang benar.
Apa sebenarnya maksud dari jalan yang patut
bagi sang anak, jalan yang bagaimana?
Dalam terjemahan bahasa inggris di tuliskan, the way he should go, atau secara harafiahnya di terjemahkan, ke
jalan yang seharusnya ia pergi, seharusnya ia tempuh. Dalam Alkitab tidak
dijelaskan secara jelas bahwa seorang anak harus menuju kemana, jalan yang
seharusnya menjadi jalannya itu.
Memang sebagai pelaayan anak, pendidik dan
orang tua, adalah tanggung jawab bersama untuk mengarahkan bagaimana kehidupan
anak itu sepatutnya, apa yang harus ia kerjakan, kemudian memperingatkan akan
hal-hal yang harus dihindari, dan mengajarkan untuk selalu mengingatkan bahwa
ada berkat Tuhan di dalam setiap hal
Akan tetapi mari kita mencoba melihat
sesungguhnya. Kalo kita memperhatikan ilustrasi di atas bahwa ada kesalahan
fatal yang selama ini dilakukan oleh orang tua bahkan pendidik di dalam
menerapkan pendidikan kepada anak.
Anak tidak di lihat sebagai subjek, dalam hal
ini yang mempunyai potensi, kehendak,
sebagai manusia. akan tetapi kesalahan yang dibuat oleh pendidik adalah mereka
lebih melihat subjek didik sebagai objek yang dapat dikendalikan sesuai dengan
“kehendak “ mereka. sehingga di dalam megarahkan pendidikan anak, kemauan
merekalah yang dipaksakan atas anak, dan kehendak serta potensi seorang anak di
abaikan sama sekali.
Bagi saya pribadi, hal ini sesungguhnya tidak boleh terjadi.
Amsal mengajarkan kita untuk mendidik anak
sesuai dengan jalan yang patut bagi dia. Bukan patut bagi kita
Potensi dan bakat alami anak, seharusnya
menjadi titik dimana kita membantu mereka untuk diarahkan kepada apa yang patut
bagi mereka.
4 pilar pendidikan dari Unesco, learning to
know( know his potential), learning to do, learning to be, dan learning live
together.
Membawa anak untuk menentukan kemana mereka
seharusnya pergi, dan menjadi. menjadi satu tanggung jawab bagi pelayan anak.
Pelayanan terhadap anak, harus melihat
bagaimana anak seharusnya menjadi. Dalam arti, apa minat mereka, dan apa yang
menjadi potensi di dalam mereka yang bisa di kembangkan, apa yang pautut bagi
dia, itulah jalannya. Bukan jalan kita sebagai orang tua, kita harus membuka
mata bahwa itu adalah jalan Tuhan bagi anak, kemudian tugas kita adalah,
mengajarkan bahwa sesungguhnya semua yang ada, semua yang mereka miliki harus
di arahkan kepada pengenalan akan Tuhan.
3. maka pada masa tuanya ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu.
Sdr, apakah ini sebuah jaanji, jika anak
sudah kita didik sesuai dengan jalan yang benar, maka menjamin ia tidak akan
menyimpang,?
Sdr, amsal bukanlah kitab janji, melainkan
adalah hasil pengamatan hikmat dari penulis yang menyaksikan bahwa ketika
seseorang diajarkan menurut hikmat dan didikan yang benar, maka hikmat itu akan
menetap dan menuntun jalan mereka.
Amsal ini tidak dapat kita mengerti mengikuti hukum logika matematika, setidaknya ada beberapa alasan:
1. Di dalam setiap Pengamatan mesti ada sesuatu yang missed
atau tidak sama secara universal bergantung dari konteks situasi dan kondisi
objek pengamatan. termasuk penagruh budaya. Manusia adalah mahkluk yang
memiliki kerumitan yang tidak dapat diterka, setiap saat berubah dan sangat
sulit untuk diukur secara pasti. keberhasilan atau kegagalan seorang anak tidak
secara mutlak 100% dikarenakan orang tua (bisa iya, bisa tidak). Bagian orang
tua yakni mendidik dengan sepenuh hati di bawah terang kebenaran Firman Tuhan.
2. keterbatasan pengamatan manusia. Manusia dibatasi oleh
ruang dan waktu. Manusia tidak sama seperti Allah yang Maha Melihat dan Maha
Tahu karena Ia adalah Pribadi yang melampaui ruang dan waktu yg merupakan
ciptaan-Nya sendiri. Keterbatasan manusia inilah yang juga menjadi poin penting
untuk di beri perhatian. Keinginan dan Planning Tuhan bagi anak-anak
kita selalu "beyond our expectation". Oleh karena keterbatasan itu
kita tidak mampu melihat bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang. Tanpa
mengabaikan penanaman didikan orang tua, bisa jadi seorang anak yang nakal di
masa kecil suatu saat menyadari perkataan orang tua lalu kemudian ditarik pada
pengaplikasian hidupnya untuk berubah menjadi lebih baik.
Jadi ayat ini merupakan suatu tuntunan yang
"dibenarkan" Allah untuk menjadi acuan setiap orang tua maupun guru
atau pendidik baik itu sekuler maupun pembina rohani untuk mendorong seorang
anak ke arah pertumbuhan yang lebih baik. Adalah salah ketika menyimpulkan ayat
ini salah karena konteks kegagalan orang tua yang kemudian di dapati tidak
selaras dengan ayat ini.
Sekiranya bagi setiap kita yang terjun dan melayani di dalam
bidang pelayanan anak boleh menyadari akan hal ini, sehingga boleh mendidik,
mengajar, mendorong, mengarahkan dan mengingatkan kepada anak bahwa jalan yang
mereka tempuh adalah jalan yang sudah direncanakan secara kekal oleh Tuhan
sehingga mereka harus bertanggung jawab akan ketetapan panggilan itu.
Kiranya Kasih Kristus akan memampukan kita untuk menemukan
yang terbaik bagi hidup kita dan anak-anak kita. Amin
https://www.youtube.com/watch?v=EoTv_-z-kDU
Komentar
Posting Komentar